y

Haruskah Kita Merayakan 'Valentine'??


Kemarin, tepatnya tanggal 12 February 2009 saya ditanya oleh salah satu teman. “Eh, besok kan hari valentine.. mau ngasih cokelat nggak?” atau “Met valentine ya… mana nih cokelatnya?” kalau saya jawab “Nggak ada cokelat,” pasti dibilang “Ih, pelit amat sih. Setahun sekali ini…!!!”
Dalam hati, saya bertanya ; Apa sih makna hari Valentine?? Atau lebih tepatnya, apa sih hari Valentine itu sendiri? Banyak orang yang saya tanya mengenai hari valentine. Saya bertanya pada mereka bukan tanpa alasan. Secara mereka semua gembar-gembor merayakan itu. Saya pikir mereka ya faham betul. Tapi setelah ditanya, jawaban mereka semua klasik. “Kuno banget sih. Masa hari Valentine aja nggak tahu. Hari Valentine itu hari kasih sayang…bla..bla..bla..”
Siapa yang kuno??
Kalau menurut saya, valentine itu adalah hari yang konyol. Udah konyol, diikuti pula. Dan yang lebih miris lagi, yang mengikuti tradisi ‘valentinan’ itu kebanyakan ya umat muslim seperti kita. Seperti yang saya bilang tadi, kebanyakan juga mereka tidak tahu apa itu hari valentine yang jatuh pada setiap tanggal 14 Februari. Bukankah Allah sudah berfirman dalam QS. Al-Israa ayat 36 yang artinya : “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”
Nah lo, kena ayat nih. Dan saya juga yakin, kalaupun mereka ditanya soal sejarah kenapa bisa dijadikan hari valentine atau yang sering mereka sebut hari kasih sayang, 90% mereka pasti tidak faham.
Sedikit saya kutip sejarah ‘berdirinya’ Valentine’s Day atau hari valentine.


Asal mula hari Valentine tercipta pada jaman kerajaan Romawi. Menurut adat Romawi, 14 Februari adalah hari untuk menghormati Juno. Ia adalah ratu para dewa dewi Romawi. Rakyat Romawi juga menyebutnya sebagai dewi pernikahan. Di hari berikutnya, 15 Februari dimulailah perayaan ‘Feast of Lupercalia.’
Pada masa itu, kehidupan belum seperti sekarang ini, para gadis dilarang berhubungan dengan para pria. Pada malam menjelang festival Lupercalia berlangsung, nama-nama para gadis ditulis di selembar kertas dan kemudian dimasukkan ke dalam gelas kaca. Nantinya para pria harus mengambil satu kertas yang berisikan nama seorang gadis yang akan menjadi teman kencannya di festival itu.
Tak jarang pasangan ini akhirnya saling jatuh cinta satu sama lain, berpacaran selama beberapa tahun sebelum akhirnya menikah. Dibawah pemerintahan Kaisar Claudius II, Romawi terlibat dalam peperangan. Claudius yang dijuluki si kaisar kejam kesulitan merekrut pemuda untuk memperkuat armada perangnya.
Ia yakin bahwa para pria Romawi enggan masuk tentara karena berat meninggalkan keluarga dan kekasihnya. Akhirnya ia memerintahkan untuk membatalkan semua pernikahan dan pertunangan di Romawi. Saint Valentine yang saat itu menjadi pendeta terkenal di Romawi menolak perintah ini.
Ia bersama Saint Marius secara sembunyi-sembunyi menikahkan para pasangan yang sedang jatuh cinta. Namun aksi mereka diketahui sang kaisar yang segera memerintahkan pengawalnya untuk menyeret dan memenggal pendeta baik hati tersebut.
Ia meninggal tepat pada hari keempat belas di bulan Februari pada tahun 270 Masehi. Saat itu rakyat Romawi telah mengenal Februari sebagai festival Lupercalia, tradisi untuk memuja para dewa. Dalam tradisi ini para pria diperbolehkan memilih gadis untuk pasangan sehari.
Dan karena Lupercalia mulai pada pertengahan bulan Februari, para pastor memilih nama Hari Santo Valentinus untuk menggantikan nama perayaan itu. Sejak itu mulailah para pria memilih gadis yang diinginkannya bertepatan pada hari Valentine.

Kisah St. Valentine
Valentine adalah seorang pendeta yang hidup di Roma pada abad ketiga. Ia hidup di kerajaan yang saat itu dipimpin oleh Kaisar Claudius yang terkenal kejam. Ia sangat membenci kaisar tersebut, dan ia bukan satu-satunya. Claudius berambisi memiliki pasukan militer yang besar, ia ingin semua pria di kerajaannya bergabung di dalamya.
Namun sayangnya keinginan ini bertepuk sebelah tangan. Para pria enggan terlibat dalam perang. Karena mereka tak ingin meninggalkan keluarga dan kekasihnya. Hal ini membuat Claudius sangat marah, ia pun segera memerintahkan pejabatnya untuk melakukan sebuah ide gila.
Ia berfikir bahwa jika pria tak menikah, mereka akan dengan sennag hati bergabung dengan militer. Lalu Claudius melarang adanya pernikahan. Para pasangan muda menganggap keputusan ini sangat tidak manusiawi. Karena menganggap ini adalah ide aneh, St. Valentine menolak untuk melaksanakannya.
Ia tetap melaksanakan tugasnya sebagai pendeta, yaitu menikahkan para pasangan yang tengah jatuh cinta meskipun secara rahasia. Aksi ini diketahui kaisar yang segera memberinya peringatan, namun ia tak bergeming dan tetap memberkati pernikahan dalam sebuah kapel kecil yang hanya diterangi cahaya lilin, tanpa bunga, tanpa kidung pernikahan.
Hingga suatu malam, ia tertangkap basah memberkati sebuah pasangan. Pasangan itu berhasil melarikan diri, namun malang ia tertangkap. Ia dijebloskan ke dalam penjara dan divonis mati. Bukannya dihina, ia malah dikunjungi banyak orang yang mendukung aksinya. Mereka melemparkan bunga dan pesan berisi dukungan di jendela penjara.
Salah satu dari orang-orang yang percaya pada cinta itu adalah putri penjaga penjara. Sang ayah mengijinkannya untuk mengunjungi St. Valentine di penjara. Tak jarang mereka berbicara selama berjam-jam. Gadis itu menumbuhkan kembali semangat sang pendeta itu. Ia setuju bahwa St. Valentine telah melakukan hal yang benar.
Di hari saat ia dipenggal,14 Februari, ia menyempatkan diri menuliskan sebuah pesan untuk gadis itu atas semua perhatian, dukungan dan bantuannya selama ia dipenjara. Diakhir pesan itu, ia menuliskan : “Dengan Cinta dari Valentinemu.”
Pesan itulah yang kemudian merubah segalanya. Kini setiap tanggal 14 Februari orang di berbagai belahan dunia merayakannya sebagai hari kasih sayang. Orang-orang yang merayakan hari itu mengingat St. Valentine sebagai pejuang cinta, sementara kaisar Claudius dikenang sebagai seseorang yang berusaha mengenyahkan cinta.

Itulah sepenggal kisah asal mula hari Valentine. Dimana ‘valentine’ itu sendiri diambil dari nama seorang pendeta. Sebagai umat muslim, kita tidak selayaknya ikut-ikutan merayakannya. Apalagi kalau sudah hampir dianggap layaknya hari raya yang harus dipersiapkan setahun sebelum hari itu tiba.
Kekonyolan yang lain, (selain merasa harus merayakan meskipun kalau ditanya apa maknanya tidak tahu menahu…) adalah apa iya kalau hari kasih sayang itu harus identik dengan cokelat dan bunga rose? Kalau ditanya hubungannya, pasti juga nggak tahu. “Udah dari sononya…” Saya jadi sedikit menyimpulkan, hari valentine bukan hanya hari kasih sayang antara sepasang kekasih atau keluarga dan teman. Tapi juga kasih sayang kepada para penjual bunga dadakan di jalan-jalan. Dalam sehari atau tepatnya sebelum dan saat valentine mereka meraup keuntungan yang sangat luar biasa. Sangat berbeda dengan penghasilan mereka kala hari-hari biasa. Tapi kan, memang mereka penjual bunga dadakan…
Kalau memang mengasihi dan menyayangi teman atau keluarga pun tidak hanya pas tanggal 14 Februari saja. Setiap hari, setiap saat kita dianjurkan untuk saling sayang dan mengasihi sesama. Iya kan?? Dan bukan hanya dengan memberi sekotak cokelat mahal dan satu bucket bunga rose plus semprotan wewangian yang menusuk hidung… lantas setelah sehari atau dua hari berlalu kembali seperti biasa. Mulai dari bercanda kelewatan, masih suka marah-marah, saling dengki, saling tonjok (haa?!?)… memang sayangnya cuma untuk sehari saja ya? Seharusnya kita senantiasa mendo’akan, memberi nasihat dan saran yang baik, dan selalu menunjukkan sikap penuh kasih dan tidak melakukan hal-hal yang dapat menimbulkan amarah dan perpecahan.

Ikut merayakan hari Valentine berarti ikut merayakan hari raya orang kafir. Ancaman Rasulullah SAW terhadap praktek meniru tata cara agama orang kafir sangat berat. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya,
“Barang Siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut.”(HR At-Tirmidzi)
Bila dalam merayakan hari raya Valentine ada maksud untuk mengenang pendeta Valentine, maka ini termasuk dalam perbuatan kufur. Adapun jika perayaan tidak dimaksudkan untuk demikian, maka perayaan tersebut tetap merupakan kemungkaran yang besar. Termasuk perbuatan mengkar disini adalah mengucapkan selamat hari raya Valentine.
Ibnul Qayyim berkata,”Memberi selamat atas acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan,” Selamat hari raya!” dan yang semisalnya. Yang mengucapkan, kalau pun tidak sampai ke kekafiran, paling tidak itu perbuatan haram. Berarti, ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai daripada memberi selamat atas perbuatan minum khamr atau membunuh….”

Yang lebih konyol lagi, di bulan Februari tanggal 14 mereka berbondong-bondong merayakan hari valentine, hari penuh kasih sayang. Oke, mungkin itu maksudnya baik ya… tapi semua itu mereka rusak lagi di bulan berikutnya tepatnya tanggal 1 April dengan perayaan Aprilmop yang seolah-olah di tanggal itu semua dihalalkan untuk berbohong atau membohongi orang lain sebagai sasaran. Sebelum 1 April, mereka menyiapkan ide-ide jail apa yang dapat membuat sasarannya mati kutu, merah padam dan tidak bisa berbuat apa-apa. Setelah semua ‘aksi’ dijalankan dan berhasil, mereka yang mempunyai rencana bersorak ‘APRILMOOOP…!!!’ kepada sang korban. Si korban yang saat itu sadar bahwa dirinya telah menjadi sasaran perayaan di awal bulan April itu hanya bisa pasrah sambil menahan gemeletuk giginya karena marah bercampur malu. Penganiayaankah ini?
Sepertinya aneh kan? Dan mungkin memang aneh, setelah berkasih sayang lalu dirusak dengan pembohongan besar-besaran. Kepada orang yang dulu diberi ucapan kasih sayang pula.
Setelah kita tahu dan sedikit faham tentang asal mula dan makna dari hari valentine, masihkah kita merasa harus merayakannya? Dan jangan setelah mengetahui semuanya bisa dijadikan alasan untuk menghindar dari ayat diatas (QS. Al-Israa ayat 36) karena ini semua memang bukan berasal dari agama dan budaya Islam. Biarlah mereka saja yang merayakan dan merusaknya kemudian. Kita sudah punya tuntunan, pedoman hidup. Marilah kita ikuti supaya tidak sesat. Dan selalulah kita bermohon kepada Allah agar senantiasa diberi petunjuk agar selalu melangkah pasti dalam jalan-Nya…Amin.
Semoga fenomena ini dapat menyadarkan kita akan pentingnya saling mengasihi sesama umat manusia terutama sesama umat muslim, tidak hanya pada hari tertentu saja. Wallahua’lam.

0 komentar :

Posting Komentar