Bismillahirohmanirahim
Inilah bukti kebesaran Allah Yang Maha Mulia lagi Bijaksana kepada Malik bin Dinar. Kami akan menepati pada pemuda itu gedungnya yang Anda jamin, bahkan tujuh puluh kali lipat.
Malik bin Dinar gemetar membaca
Usai melaksanakan shalat subuh dan sedikit merenung ia baru ingat. Pernah menjamin sesuatu pada seorang pemuda yang tengah sibuk membangun gedung. Waktu itu ia tengah berjalan-jalan dengan Abu Sulaiman (Ja’far) di salah satu badan jalan
Ketika sampai disuatu daerah mereka tertegun menyaksikan pemuda yang sangat tampan duduk dengan penuh wibawa mengawasi pembangunan gedung. Sesekali pemuda itu menegur pekerjanya yang dianggap tidak cekatan atau salah dalam mengerjakan tugas.
Entah karena apa, Malik bin Dinar tertarik pada pemuda itu, “Lihat pemuda itu, alangkah tampan wajahnya dan betapa rajin mengatur bangunan. Caranya menegur pekerja yang salah juga sangat santun. Belum lagi tekhnik ia memotivasi pekerjanya agar bekerja tak kekurangan stamina. Subhanallah, aku ingin minta pada Allah SWT semoga menyelamatkan pemuda itu sehingga ia dijadikan pemuda ahli surga. Wahai Ja’far, mari kita mendekatinya,” tutur Malik bin Dinar.
Merekapun masuk ke dalam proyek tempat si pemuda membangun gedung. Sebaris salam terurai dari bibir Malik bin Dinar dan Abu Sulaiman hampir bersamaan. “Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,”
“Wa’alaikumussalam wa rahmatullahi wa barakatuh,” balas si pemuda santun. Makin tertariklah Malik bin Dinar pada akhlak si pemuda. Mereka belum saling mengenal, tapi wajah si pemuda tak tampak membersitkan raut kecurigaan. Ia malah berdiri dan menyambut dengan ramah. “
“Maaf mengganggu, kira-kira untuk apa gedung ini Anda bangun?” tanya Malik bin Dinar tak kalah santun.
“Bisa sebagai tempat berdagang atau rumah tinggal,” jawab si pemuda.
“Kalau boleh tahu, kira-kira berapa biaya yang engkau habiskan?”
“Sekitar seratus ribu dirham,” balas si pemuda tak sedikit pun menaruh curiga.
“Sudikah Anda menyerahkan uang pembangunan itu kepadaku, untuk kemudian saya letakkan pada tempat yang lebih menguntungkan. Suatu tempat yang sangat indah dan saya jamin untukmu di sisi Allah gedung yang lebih indah dari ini? Bahkan kata indah pun tak cukup mewakili pesona gedung yang kelak akan engkau miliki?”
“Subhanallah, benarkah?” si pemuda terperangah.
“Ya, suatu gedung yang lengkap dengan pelayan-pelayan dari golongan bidadari. Pelayan yang bercahaya dan kubah serta kemah dari sebutir yakut merah bertabur permata. Tanahnya adalah hamparan za’faran. Gedung yang tampak menyala karena dibangun dengan batu bata ari emas dan semennya sewangi kasturi.”
“Subhanallah, adakah bangunan seperti itu?” si pemuda tambah menganga.
“Ya, bahkan lebih megah, lebih luas dan lebih indah dari rencana pembangunan gedungmu ini,” Malik bin Dinar makin semangat menjelaskan.
“Subhanallah,” si pemuda makin berdecak dalam tasbih.
“Bahkan gedung ini tak akan lekang dan ringkih dimakan waktu. Proses pembangunannya pun tak sedikitpun menggunakan tangan,” tambah Malik bin Dinar.
“Adakah bangunan seperti itu dan siapakah yang mampu membangun gedung sedemikian menakjubkan?” si pemuda seolah tak sabar.
“Tentara-tentara Allah yang luar biasa yang hidup dan menyatu dalam kalimat KUN,” tutur Malik bin Dinar.
“Maksud Tuan?” si pemuda tampak kebingungan.
“Ketika Allah berkata Kun! Maka terjadilah gedung itu. Gedung yang tak akan lekang dan ringkih dimakan zaman. Gedung yang proses pembangunannya pun tak menggunakan tangan. Gedung yang lengkap dengan pelayan-pelayan dari golongan bidadari. Pelayan yang bercahaya dan kubah serta kemah dari sebutir yakut merah bertabur permata. Tanahnya adalah hamparan za’faran. Gedung yang tampak menyala karena dibangun dengan batu bata dari emas dan semennya sewangi kasturi,” Malik bin Dinar menguatkan.
“Baiklah Tuan. Biarkan aku sendiri malam ini. Besok Anda boleh datang lebih pagi. Segalanya akan diputuskan besok,” jelas si pemuda.
Malam mendatangi si pemuda dalam kegamangan.
Kalau begitu ia pernah melanglangbuana menembus alam nun jauh disana. “Tapi masa sih, ada manusia seperti itu? Sedangkan Hasan al Basri, (lahir 21 H / 642 M) ulama besar pada zamannya, yang hendak meminang Rabi’ah al Adawiyah saja tak mampu menjawab pertanyaan Rabi’ah, apakah ia akan masuk surga dan terlepas dari siksa kubur? Rabi’ah sendiri bilang kalau Hasan Basri sanggup menjawab pertanyaan itu maka ia bersedia dinikahi. Tapi Hasan Basri tak mampu menjawab. Sedangkan lelaki asing ini dengan begitu gagahnya berani menjamin kepadaku gedung yang lebih megah dan indah sekiranya aku dermakan harta untuk pembangunan ini?”
Sebaliknya nun disana Malik bin Dinar memikirkan pemuda itu, dan pada waktu sahur tiba ia banyak berdo’a hingga pagi hari. Usai berdo’a Malik dan Ja’far kembali menemui pemuda itu. Ternyata ia sudah duduk menanti kedatangan Malik dan Ja’far. “Bagaimana, Anda sanggup menjalankannya?” tanya Malik.
“Insya Allah, tapi ada syaratnya,” tegas pemuda itu.
“Maksud Anda?”
“Saya butuh
“Baiklah,”
Kemudian
Bismillahirahmanirahim,
Inilah
Setelah empat puluh hari, tiba-tiba Malik dikejutkan dengan kedatangan
Sampai tempat yang dituju, Malik makin terhenyak kaget. Ternyata pemuda itu telah meninggal kemarin subuh. Pada pembantu laki-lakinya Malik bertanya, “Adakah pesan yang ditinggalkan tuanmu?”
“
“Apakah suratnya seperti ini?” tanya Malik menunjukkan
Setelah ditunjukkan tampak air muka pembantu itu kaget, apalagi setelah ia meneliti isinya lebih seksama. “Memang itu suratnya. Tuan dapat darimana?” tanya si pembantu.
“Allah yang mengirimnya,” jelas Malik.
Ruang dan waktu seperti dilipat. Semua yang mengetahui peristiwa di luar nalar ini merinding. Jika jaminan seorang manusia tentang nilai atau balasan sebuah kebaikan saja bukan isapan jempol belaka, apalagi kalau yang menjanjikan itu Allah. Sungguh buang jauh-jauh ketakutan bahwa dengan memberi Anda akan miskin. Allah itu Maha Kay adan akan mengkayakan siapa saja yang membelanjakan harta di jalan-Nya. Bukankah Allah menjamin :
‘Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.’
(QS. Al-Baqarah : 261)