Syahdan, disebuah negeri, tersebut seorang wanita yang kaya raya. Jabatannya berderet, kekayaannya bertumpuk. Tiap pagi hingga petang ia bekerja keras menumpuk harta benda. Tiap petang hingga malam ia membelanjakan kekayaan dan berpesta pora. Dengan kekayaan dan kedudukan yang dipunya ia merasa seolah hidup 'hanya' menjadi miliknya, dan hidup seakan tak akan ada ujung akhirnya.
Suatu malam sepulang dia berpesta, badan terasa letih dan penat, dan akhirnya jatuh tak sadarkan diri. Dalam pingsan itulah ia didatangi seseorang, yang kepadanya mengaku bernama 'Malaikat Kematian'. Si wanita kontan pucat, gugup tak karuan, sebab dia memang belum siap mati. Ia masih muda, belum maksimal menikmati kekayaannya.
"Apakah kamu akan mencabut nyawaku wahai Izrail?" tanya si wanita, namun hati berharap malaikat tak melakukannya.
Malaikat menggeleng lantas berkata, "Belum tiba waktu kematianmu. Aku datang hanya untuk mengingatkanmu, agar tak terbuai urusan keduniaan sampai melupakan hari kematian." Malaikat Izrail tampak hendak beranjak.
Sebelum Izrail benar-benar pergi, wanita itu berkata lagi, "Wahai Izrail saya berterimakasih atas peringatanmu. Tapi, aku akan lebih berterimakasih bila kamu mau memenuhi satu permintaanku."
"Katakan," jawab si Malaikat.
Suatu malam sepulang dia berpesta, badan terasa letih dan penat, dan akhirnya jatuh tak sadarkan diri. Dalam pingsan itulah ia didatangi seseorang, yang kepadanya mengaku bernama 'Malaikat Kematian'. Si wanita kontan pucat, gugup tak karuan, sebab dia memang belum siap mati. Ia masih muda, belum maksimal menikmati kekayaannya.
"Apakah kamu akan mencabut nyawaku wahai Izrail?" tanya si wanita, namun hati berharap malaikat tak melakukannya.
Malaikat menggeleng lantas berkata, "Belum tiba waktu kematianmu. Aku datang hanya untuk mengingatkanmu, agar tak terbuai urusan keduniaan sampai melupakan hari kematian." Malaikat Izrail tampak hendak beranjak.
Sebelum Izrail benar-benar pergi, wanita itu berkata lagi, "Wahai Izrail saya berterimakasih atas peringatanmu. Tapi, aku akan lebih berterimakasih bila kamu mau memenuhi satu permintaanku."
"Katakan," jawab si Malaikat.
"Berikan sebuah tanda dan informasi kepadaku, ketika mendekati waktu kematianku," demikian pinta si wanita, dan Malaikat Izrail pun mengabulkannya.
Singkat kata, si wanita kembali sehat lantas aktif lagi dengan segala kesibukannya. Dari tahun ke tahunia asyik menekuni keindahan dunia, menumpuk kekayaan, mengoleksi jabatan, dan lupa mempersiapkan bekal kematian. 'Muda foya-foya, tua kaya-raya, mati masuk surga'. Itulah semboyan yang ia dengungkan. Apalagi, malaikat telah berjanji akan memberi tanda ketika ia mendekati waktu mati.
Pada saat mendekati mati itu, ia bertekad akan taubat, memperbanyak amal sedekah hingga memungkinkannya masuk al-jannah.
Suatu hari, Malaikat Izrail mendatangi wanita tadi. Si wanita bertanya, "Apakah engkau akan memberi tahu bahwa aku sudah dekat dengan kematianku?"
"Aku justru hendak mencabut nyawamu." jawab Izrail singkat, menampilkan wajah angker.
"Bukankah engkau telah berjanji untuk memberi sebuah informasi, bila aku sudah dekat dengan mati?" tanya si wanita dengan ekspresi ketegangan dan ketakutan.
"Aku telah memberimu tanda tapi engkau selalu mengabaikannya. Kau hanya minta informasi satu kali, padahal aku justru memberimu tanda banyak sekali. Rambutmu yang memutih adalah satu tanda kian dekatnya kematianmu. Kulitmu yang kian keriput merupakan informasi bahwa engkau makin dekat dengan mati. Suara dan gerakanmu yang mulai gemetar, juga sebagai lambang pengingat bahwakau makin dekat dengan saat kematian. Tapi, semua tanda dariku tidak menarik perhatianmu. Oleh karenanya, kini sudah tiba saatnya kamu mempertanggungjawabkan kehidupanmu di akhirat sana," Malaikat Izrail mencabut nyawa si wanita dengan kasarnya.
Kisah tadi memang hanya sebuah rekaan, tapi tetap sangat pantas untuk direnungkan. Tentu masih banyak kisah lain yang tak kalah penting untuk direnungi, diresapi, una kian mendekatkan kita kepada Illahi.
Saudaraku sekalian, mati adalah sesuatu yang paling dekat dengan kita. Namun kita tidak dapat melihat dimana dia, sudah sampai dimana mengikuti kita. Tapi Dia-lah yang menentukan kapan kita dihampiri maut...
0 komentar :
Posting Komentar