y

Antara Piala dan Seekor Kambing

Bismillah…

Sahabat, kemarin tanggal 4-5 Juli TPA kami mengikuti Festival Anak Shalih yang diadakan di Ponpes Al-Hikmah. Tanggal 4 yang melelahkan. Saya yang notabene satu-satunya pembimbing yang mendampingi mereka lomba, harus wara-wiri kesana kemari untuk mengurus semuanya. Ditemani dengan seorang teman yang umurnya empat tahun lebih muda kami menyelesaikan semuanya. Dari mulai daftar ulang, memasang kartu tanda peserta, mencari lokasi lomba, hingga menunggui mereka sampai selesai lomba. Padahal, 2 hari sebelumnya saya terserang demam. Tapi alhamdulillah, sudah diberi kesembuhan sehingga bisa mendampingi adik-adik tercinta.
Pas acara lomba sudah dimulai, saya dan teman saya itu sedikit bisa beristirahat. Kami memilih menyaksikan lomba nasyid yang digelar di panggung utama. Karna keasyikan, kami sampai lupa tidak mengecek para santri yang lomba di ruangan masing-masing. Ketika kami beranjak, eh..mereka sudah berhamburan di sekitar areal perlombaan untuk menghabiskan berlembar-lembar uang yang ada ditangannya. Maklum, banyak pedagang disitu. Ada es krim, bakso, makanan kecil, sampai pedagang mainan berderet disekitar. Saya sempat bermaksud membeli sebuah es krim, namun saat melihat dompet dan disana hanya ada selembar uang seratus ribuan (uang anggaran) dan beberapa uang receh, maka kuurungkan saja niat itu. “Kenapa ngga bawa uang kecil ya tadi?” pikirku. Ya sudahlah, gagal membeli es krim.

Mataharipun sudah semakin tinggi. Semua aktivitas di ponpes al-hikmah yang mendadak menjadi lautan manusia itupun perlahan mulai sepi. Kami juga telah menyelesaikan semua lomba yang diikuti. Akhirnya, kamipun pulang. Berharap besok ada keajaiban sehingga dapat meraih juara.

Minggu, tanggal 5 Juli. Ponpes al-hikmah kembali menyemut. Kami semua disuguhi berbagai pertunjukan diatas panggung. Dongeng, drama, nasyid dan lain-lain. Acara yang ditunggu-tunggupun dimulai. Pengumuman pemenang lomba. Yah, kami tidak seberuntung mereka yang banyak menyabet juara. Hanya lomba menggambarlah yang dapat kami raih. Juara pertama. Alhamdulillah, daripada tidak meraih juara sama sekali. Ya nggak? Berbagai doorprize-pun dibagi. Semua hampir dapat, yaa kecuali kami para pembimbing tentunya. Masa iya saya mau membawa doorprize yang kebanyakan boneka, atau apalah yang pada umumnya digunakan oleh anak-anak.
Kembali, matahari sudah mulai tinggi. Ada beberapa jama’ah yang mulai meninggalkan lokasi. Tapi kami tetap setia, sebelum acara ditutup maka belum akan beranjak. Jama’ah kami juga mendapat sebuah jam dinding. Tapi jam itu sekarang masih dirumah saya, belum dipasang di masjid. Belum sempet beli baterai, he..he…

Dan ternyata, ada doorprize utama. Apa itu? Televisi? Bukan, motor mungkin? Bukan juga. Apa dong, yaa…doorprizenya adalah seekor kambing. Haa? Kambing? Iya…seekor kambing betina, yang didandanin sedemikian rupa, dipakein baju pink…dikasih pita sana-sini… wuh, jadi aneh. Kami semua hanya bisa tertawa ketika melihat wujudnya saat itu. Belum sadar, bahwa kelak kambing itu akan menjadi bagian dari cerita-cerita dalam perjalanan TPA kami.

Saya pikir untuk mendapatkan seekor kambing itu akan diundi. Eh, ternyata diberi pertanyaan saja. Karena jama’ah yang tersisa tidak sebanyak tadi, maka dengan mudah jama’ah semua menjawab dengan mengacungkan jari.

Pertanyaan pertama dari sang master of ceremony adalah surat apakah dan ayat keberapakah wahyu terakhir yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW? Ada yang bisa jawab, ada yang tidak. Namun, ketika ada yang maju pertanyaan dianggap gugur karena ada beberapa jama’ah yang nyeletuk menyebutkan jawaban. Jadi, tidak sah. Pertanyaanpun diulang…
Untuk pertanyaan kedua, ketiga, dan seterusnya…(saya lupa) hampir semua tidak bisa menjawab. Kemudian pertanyaan diganti, suasana hening seketika.
“Apa salah satu rukun haji yang sebagai symbol Siti Hajar berlari-lari mencari air untuk anaknya Ismail di antara dua bukit?”
Bisik-bisikpun terjadi, saya memberi isyarat kepada seorang santri untuk maju. Dia maju, lalu menjawab, “Sa’i!!” dia mendapat jawaban itu dari saya ketika membisikinya. Namun, beberapa jama’ah lain kembali nyeletuk dan akhirnya pertanyaan dianggap gugur dan harus diulang dengan pertanyaan berbeda. Huh... kami sempat sudah merasa senang akan membawa seekor kambing pulang. Pertanyaan yang lain dilontarkan oleh master of ceremony…
“Apakah nama masjid di palestina yang selalu dirong-rong oleh…” pertanyaan belum selesai, namun saya telah membisiki sebuah jawaban ke telinga salah seorang santri. Dan benar, diapun segera berdiri, mengacungkan tangan dan lantang menjawab, “Masjidil Aqsa!!”
Semua hening, sang MC bertanya kepada temannya, “Bagaimana Mas?” dan si Mas yang ditanya menjawab enteng, “Ya kalau memang benar, kambing untuk Anda!” (wah, bahasanya serasa nggak enak ya…)
Sorak soraipun menggemuruh. Saya yang tadinya ikut seneng mendadak jadi ilfeel ketika ngebayangin harus nuntun tuh kambing sepanjang jalan. Seekor kambing yang dibedakin, didandanin, dipakein baju pink bertuliskan FAS XI (Festival Anak Shalih ke XI) :D

Dan benar saja, sepanjang jalan kami (bukan saya lho…) menuntun kambing itu. Dan parahnya setiap dia (kambing) melihat rumput segar, berhenti untuk mencicipi. Daripada terus ditarik talinya nanti malah mati, akhirnya kami mengalah untuk ikut menungguinya selesai makan. Dan para santri kamipun menjadi heboh sendiri gitu…
Jangan dibayangkan jalanan sepi ya… Mulai dari dalam kompleks, gerbang keluar kompleks Pondok hingga sepanjang jalan pulang masih penuh orang. Dan serasa semua mata tertuju pada kami. Wih, jadi gimanaaa…gitu. Tapi, biarinlah. Tidak dapat juara dan memboyong piala penghargaan, tapi kami malah mendapat rezeki yang lain. Lebih mahal malah daripada sebuah piala kalau dijual…he.he.. ya to?

Nah, sekarang sang kambing berada di tempat saya. Dan tadi pagi, kerjaan saya bertambah. Pergi ke kebun belakang rumah mencari sekedar untuk sarapan si kambing. Walah, yang orang aja belum sarapan…dianya malah sudah minta sarapan. Biarinlah, semoga dapat bermanfaat bagi kami dan bagi semuanya ya…
Kambing, selamat datang dalam cerita perjalanan TPA AT-TAQWA…. ^__^

11 komentar :

Dwif mengatakan...

yg pertama ya?hehe

beuh manteb banget dapat kambing, makan2 yuuk...???
*kirim balasan secepatnya!!!*hee..

Nashiyah mengatakan...

iya tuh, pertamaxx..

ya kambingnya jangan dimakan dunk, orang setiap hari dipakanin biar gede kok.
mm, kambing doyan jagung ngga ya.
sini ms minta jagungnya, lagi panen toh?!

Dwif mengatakan...

we....kambing ya ga doyan jagung lah, tapi klo yg punya pasti doyan...hiks..hiks..

Alhamdulilah...sambil di buat hiburan koq

Alkifah mengatakan...

Menarik ya acaranya... Sayangnya di kampong saya belum ada acara serupa :(

Nash mengatakan...

@dwi : kambing doyan jagung jg kali..klobotnya! hehe.. iyalah buat hiburan, selain itu juga bikin kerepotan nyari pakannya. but, it's OK

@alkifah :iya pk, menarik banget. kita jadi saling silaturrahim antar muslim se kabupaten. klo belum ada, adain atuh pak. biar serruu...

thank's udah mampir ^__^

KangBoed mengatakan...

Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang Sahabatku

Anonim mengatakan...

Ukhti Muslimah !!

Semoga Allah menjagamu dan menghiasimu dengan taqwa!. Laluilah jalan keselamatan! Bangkitlah dari tidurmu! Jauhilah apa yang dapat menggiringmu kepada kehancuran dan membawamu kepada kahinaan.

Dwif mengatakan...

maksute "anonim " ki piye to???

FAS dianggap hina dan membawa kehancuran ya????

Admin mengatakan...

@dwi : hmm, bukan begitu mungkin ms. Dia hanya pengen memberi taujih aja. Sepertinya ngga ada hubungannya dengan posting. Mekaten...

ayiep mengatakan...

Wah si "Dwi" Buruk sangka nieh!!!
Hayo, doso lho!

Admin mengatakan...

@ayiep : iki ono meneeh..
Dwi kuwi ngandakke si anonim lho ms. Lha malah jnengan kie ngandakke si Dwi. Lah yo dho kandak2an kie..!!

Posting Komentar