Pernah suatu kali aku minta pada Tuhan setangkai bunga segar, tapi Ia memberiku kaktus berduri. Ketika itu aku berfikir, kalau Tuhan tidak Mendengar permintaanku.
Lalu aku minta kupu-kupu yang indah, yang senantiasa disampingku kala ku butuh teman, yang bisa kuajak bermain kejar-kejaran…tapi apa?? Tuhan malah memberiku ulat berbulu… Kala itu aku mulai berfikir, Tuhan itu jahat. Dia tidak pernah memberikan apa yang aku inginkan.
Namun, disaat aku sedih dan kecewa…aku melihat sesuatu yang membuatku lupa akan kemurunganku. Kulihat kemudian kaktus berduri itu berbunga, indah sekali. Dan ulat berbulu itupun berubah menjadi kupu-kupu nan cantik.
Kembali aku berfikir, mungkin inilah jalan Tuhan! Indah pada waktunya.
Tuhan tidak memberikan apa yang kita ingin dan harapkan, namun Ia memberikan apa yang kita perlukan.
Lalu aku minta kupu-kupu yang indah, yang senantiasa disampingku kala ku butuh teman, yang bisa kuajak bermain kejar-kejaran…tapi apa?? Tuhan malah memberiku ulat berbulu… Kala itu aku mulai berfikir, Tuhan itu jahat. Dia tidak pernah memberikan apa yang aku inginkan.
Namun, disaat aku sedih dan kecewa…aku melihat sesuatu yang membuatku lupa akan kemurunganku. Kulihat kemudian kaktus berduri itu berbunga, indah sekali. Dan ulat berbulu itupun berubah menjadi kupu-kupu nan cantik.
Kembali aku berfikir, mungkin inilah jalan Tuhan! Indah pada waktunya.
Tuhan tidak memberikan apa yang kita ingin dan harapkan, namun Ia memberikan apa yang kita perlukan.
Kadang kita sedih, kecewa, atau bahkan terluka! Tapi jauh diatas segalanya, Ia sedang merajut yang terbaik untuk kita.
Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 216 yang artinya :
“….Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.“
Subhanallah wal hamdulillah…..
------##------
Pernah ku berfikir…Tuhan tidak adil padaku, pada keluargaku. Bukan pemandangan asing lagi bagiku, menyaksikan orang-orang disekitar tempatku tinggal pulang pergi dengan kendaraan yang bagus, baju bagus, pulang kemudian membawa berkantong-kantong besar barang belanjaan yang aku yakin harganya tidaklah setara dengan baju kaos yang sering aku pakai.
Anak-anak mereka yang seusiaku, bisa sekolah menuntut ilmu dengan tenang. Tanpa harus dikejar waktu karena harus pergi ke pasar untuk menjual sakadar sayuran yang dipetik dipekarangan rumah sebelum berangkat sekolah. Mereka bisa belajar dengan nyaman tanpa dipusingkan dengan uang sekolah yang menunggak semakin lama semakin banyak tanpa ada celah untuk berfikir darimana mendapatkan uang hanya sekedar untuk mencicilnya.
Kepedihanku kian memuncak ketika bulan puasa. Disaat mereka merencanakan berbuka dengan menu restoran yang berderet, kami hanya mampu membasahi kerongkongan dengan seteguk air putih dingin. Dan mengisi perut dengan sayur bayam dipadu dengan sambal yang sengaja dibuat sangat pedas hingga kami bisa berselera makan.
Tak henti-hentinya aku meminta kepada Tuhan agar dijadikan hidupku seperti hidup mereka. Namun hingga saat ini, tak kunjung kudapati kehidupan yang aku inginkan. Benarkah Tuhan itu tidak adil?? Pertanyaan besar yang terus menggelayuti benak selama bertahun-tahun itu tanpa kusadari semakin lama semakin hilang saat kudengar sebuah khutbah di suatu Jum’at… tentang makna bersyukur.
Kini, kutak peduli dengan tingkah polah mereka. Mereka bisa pergi dengan mobil bagus, aku juga bisa pergi berkelana ditemani sepedaku hadiah lomba tujuhbelasan beberapa waktu lalu. Tanpa polusi, bisa merasakan semilirnya angin alam, dan lebih sehat tentunya. Saat mereka memakai baju-baju bermerk mahal, akupun puas dengan kaos lengan panjangku yang selama hampir empat tahun menemaniku. Tak apalah sedikit sempit, yang penting kenyamanan tetap kudapat. Namun, aku senang jika mengingat dilemari bajuku tergantung sebuah kemeja baru yang dibelikan oleh pamanku kemarin.
Dan ketika mereka mengabsen restoran mana yang akan disambangi saat berbukapun, aku lebih tak peduli lagi. Kini, kami sekeluarga telah nikmat berbuka dengan es cendol bikinan sendiri. Sayur bayam, sambal pedas, dan satu lagi. Ditambah lauk tahu dan tempe.
Setelah kufikir jernih dan kurasakan, ternyata kehidupanku sekarang lebih baik dari kehidupan dulu dikala aku menghujat Tuhan yang kusangka tidak adil padaku. Mengapa demikian? Apakah Tuhan tidak marah atas sikapku itu? Entahlah, mungkin inilah salah satu sifat Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Dan atas rezeki yang telah aku dapat?? Bisa juga karena sifat Allah Yang Maha Pemurah.
Dan satu lagi yang lebih penting! Setelah kudengarkan khutbah Jum’at itu, aku senantiasa bersyukur atas apa saja yang diberikan-Nya padaku dan keluargaku. Apa ini yang membuat hidupku sedikit lebih baik???
Firman Allah Q.S. Ibrahim ayat 7 : "Jika kamu bersyukur pasti akan aku tambah (nikmat-Ku) untukmu dan jika kamu kufur maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih."
Firman Allah Q.S. Al-Baqarah ayat 152 : "Maka ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku."
Firman Allah Q.S. Al-Anfal ayat 26 : “Dan diberinya kamu rezeki yang baik-baik agar kamu bersyukur.”
Firman Allah Q.S. An-Nahl ayat 14 : “Dan Dialah (Allah) yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daging (ikan) yang segar darinya, dan kamu mengeluarkan dan lautan itu perhiasan yang kamu pakai, dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dan karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.”
Subhanallah wal hamdulillah…..
Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 216 yang artinya :
“….Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.“
Subhanallah wal hamdulillah…..
------##------
Pernah ku berfikir…Tuhan tidak adil padaku, pada keluargaku. Bukan pemandangan asing lagi bagiku, menyaksikan orang-orang disekitar tempatku tinggal pulang pergi dengan kendaraan yang bagus, baju bagus, pulang kemudian membawa berkantong-kantong besar barang belanjaan yang aku yakin harganya tidaklah setara dengan baju kaos yang sering aku pakai.
Anak-anak mereka yang seusiaku, bisa sekolah menuntut ilmu dengan tenang. Tanpa harus dikejar waktu karena harus pergi ke pasar untuk menjual sakadar sayuran yang dipetik dipekarangan rumah sebelum berangkat sekolah. Mereka bisa belajar dengan nyaman tanpa dipusingkan dengan uang sekolah yang menunggak semakin lama semakin banyak tanpa ada celah untuk berfikir darimana mendapatkan uang hanya sekedar untuk mencicilnya.
Kepedihanku kian memuncak ketika bulan puasa. Disaat mereka merencanakan berbuka dengan menu restoran yang berderet, kami hanya mampu membasahi kerongkongan dengan seteguk air putih dingin. Dan mengisi perut dengan sayur bayam dipadu dengan sambal yang sengaja dibuat sangat pedas hingga kami bisa berselera makan.
Tak henti-hentinya aku meminta kepada Tuhan agar dijadikan hidupku seperti hidup mereka. Namun hingga saat ini, tak kunjung kudapati kehidupan yang aku inginkan. Benarkah Tuhan itu tidak adil?? Pertanyaan besar yang terus menggelayuti benak selama bertahun-tahun itu tanpa kusadari semakin lama semakin hilang saat kudengar sebuah khutbah di suatu Jum’at… tentang makna bersyukur.
Kini, kutak peduli dengan tingkah polah mereka. Mereka bisa pergi dengan mobil bagus, aku juga bisa pergi berkelana ditemani sepedaku hadiah lomba tujuhbelasan beberapa waktu lalu. Tanpa polusi, bisa merasakan semilirnya angin alam, dan lebih sehat tentunya. Saat mereka memakai baju-baju bermerk mahal, akupun puas dengan kaos lengan panjangku yang selama hampir empat tahun menemaniku. Tak apalah sedikit sempit, yang penting kenyamanan tetap kudapat. Namun, aku senang jika mengingat dilemari bajuku tergantung sebuah kemeja baru yang dibelikan oleh pamanku kemarin.
Dan ketika mereka mengabsen restoran mana yang akan disambangi saat berbukapun, aku lebih tak peduli lagi. Kini, kami sekeluarga telah nikmat berbuka dengan es cendol bikinan sendiri. Sayur bayam, sambal pedas, dan satu lagi. Ditambah lauk tahu dan tempe.
Setelah kufikir jernih dan kurasakan, ternyata kehidupanku sekarang lebih baik dari kehidupan dulu dikala aku menghujat Tuhan yang kusangka tidak adil padaku. Mengapa demikian? Apakah Tuhan tidak marah atas sikapku itu? Entahlah, mungkin inilah salah satu sifat Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Dan atas rezeki yang telah aku dapat?? Bisa juga karena sifat Allah Yang Maha Pemurah.
Dan satu lagi yang lebih penting! Setelah kudengarkan khutbah Jum’at itu, aku senantiasa bersyukur atas apa saja yang diberikan-Nya padaku dan keluargaku. Apa ini yang membuat hidupku sedikit lebih baik???
Firman Allah Q.S. Ibrahim ayat 7 : "Jika kamu bersyukur pasti akan aku tambah (nikmat-Ku) untukmu dan jika kamu kufur maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih."
Firman Allah Q.S. Al-Baqarah ayat 152 : "Maka ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku."
Firman Allah Q.S. Al-Anfal ayat 26 : “Dan diberinya kamu rezeki yang baik-baik agar kamu bersyukur.”
Firman Allah Q.S. An-Nahl ayat 14 : “Dan Dialah (Allah) yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daging (ikan) yang segar darinya, dan kamu mengeluarkan dan lautan itu perhiasan yang kamu pakai, dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dan karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.”
Subhanallah wal hamdulillah…..
5 komentar :
nendang banget postingannya, ampe buat kaki lemes..
sepertinya, syukur adalah memang esensi kehidupan...
"alhamdulillah 'ala kulli hal..."
kekayaan dan kesenangan hidup kadang2 membuatkn diri lupa dan alpa pd hikmah kejadian hidup lntas lupa pd Yg Maha Esa..
Sebuah ungkapan yang 'mengusik' perasaan.
Membuat hatiku bergetar... dan air mata menetes...
Terima kasih ya Mba!
semoga kita dpt memaknai hidup dg sebaik2nya, tdk terlena dg nikmat dunia shg tidak lupa bersyukur pd Allah Subhanahu wa ta'ala yg telah memelihara kita hingga kini...
terimakasih semuanya, kita saling mengingatkan ^_^
Wowww.Aku jadi bisa tambah tafakkur "makasih banyak"
شكرا جزيلا
بارك الله فيك
Posting Komentar