
Kemarin, waktu sholat maghrib berjamaah di masjid sekilas saya melihat selebaran berwarna orange di mading. Tapi tidak begitu saya perhatikan, mengingat iqamat sudah hampir tiba. Segera saya menunaikan shalat tahiyyatul masjid, dan tidak lama kemudian iqamat berkumandang. Setelah shalat, saya hampiri selebaran itu. Saya perhatikan, dan ternyata itu adalah selebaran “Festival Anak Sholeh” yang diselenggarakan Ponpes sebelah, Al-Hikmah. Wah, mendadak saya menjadi bersemangat sekali. Saya sangat antusias membaca baris demi baris pengumuman itu. Disana terpampang berbagai macam jenis lomba, dari mulai lomba nasyid, MTQ, MHQ, adzan sampai kreasi barang bekas dan fashion show santri putra. Ehm, kayaknya butuh persiapan ekstra nih untuk mengikuti lomba-lomba itu. Pasalnya, tahun kemarin (Festival Anak Sholeh X) semua cabang lomba kami mengikuti. Tapi apa mau dikata, harapan meraih tropi penghargaan terpaksa harus ditunda karena dari sekian cabang lomba tidak satupun kami meraih juara. Maklum, saingannya wah..wah…seluruh santri TPA se-Kabupaten gitu loh.
Tapi kami ngga putus asa, buktinya sekarang insya Allah masih bisa mengikuti. Dan insya Allah menang juga…(amin).
Ngomong-ngomong soal Festival Anak Sholeh (FAS), saya jadi inget waktu dulu. Dulu saya sempat mengikuti FAS II (sekarang FAS XI) waktu umur 10 tahun dan masih duduk di SD Muhammadiyah Sumberejo yang letak sekolahnya berdekatan dengan Ponpes Al-Hikmah. Jadi ya pede-pede aja ikut lomba. Toh, sama orang-orangnya juga udah sering ketemu. Waktu itu saya mengikuti lomba MTQ (kalau ngga salah) dan alhamdulillah, saya meraih juara pertama (weeiiss..). Tapi dulu keadaan pondok pesantrennya belum seperti sekarang. Baik dilihat dari segi lingkungan, rekonstruksi bangunan, hingga program-programnya pun sepertinya masih minimabis..eh, minimalis. Kalau sekarang ya pasti udah beda banget, semakin megah dan semoga tambah sukses buat Ponpes Al-Hikmah. (kenapa jadi promosi sih…)
Ngomong-ngomong soal promosi, setelah membaca selebaran itu saya segera promosi dengan para santri dan teman-teman. Dan ternyata antusiasme merekapun patut diacungi jempol. Saya ingat ada seorang santri putra yang tanya gini, “Mbak, ada lomba nasyid juga to?”
Saya jawab, “Iya, kenapa? Mau ikut lagi…?” mendengar pertanyaan saya itu mereka yang dulu sempat tergabung dalam grup nasyid ‘dadakan’ jadi heboh sendiri.
“Walah Mbak, emoh ah. Isin aku…” ha..ha..ha…
Mereka udah malu abiss ternyata. Kenapa, karena tadinya kita yakin tidak mengikuti lomba nasyid. Alasannya tidak ada alat dan tidak tahu lagu wajibnya. Nah, pas saya technical meeting ke pondok ternyata disana disediakan kaset cd yang berisi lagu wajib untuk nasyid (lagu Tadarus dari Ikhsan Idol). Spontan saya dan teman saya pandang-pandangan. Batin kami berdialog,
“Eh, ada kasetnya tuh. Mau ikut nasyid ngga?”
“Iya nih, tapi kalau ikut apa ngga mepet?”
Masih dalam pandangan, kami berfikir sejenak hingga akhirnya positif membeli kaset dan positif pula mau ikut lomba. Pokoknya modal nekat deh…(padahal tinggal beberapa hari)
Setiba di masjid, kami benar-benar mengkoordinasi para santri yang minat untuk ikut lomba nasyid. Meski sebenarnya ngga ada, tapi ada juga tuh sekitar tujuh orang yang terjaring. Alatnya? Jangan khawatir, kami pun berinisiatif meminjam rebana kepada ibu-ibu PKK. Ehm, ternyata boleh. Mulailah kita latihan ala kadarnya.
Singkat cerita, hari H pun tiba. Kami rombongan TPA At-Taqwa pun menuju lokasi perhelatan akbar Festival Anak Sholeh. Karena jaraknya tidak jauh, kami hanya berjalan saja. Tidak peduli waktu di jalan kita melihat mereka-mereka yang naik mobil, truk atau sepeda. Pokoknya, langkah kami mantab!
Sebelum acara lomba di mulai, kami semua mengikuti pembukaan di kompleks pondok pesantren yang di set sedemikian rupa sehingga. Sehingga apa…sehingga baguslah. Rapi, indah, menarik dan yang pasti sangat ramai.
Setelah pembukaan selesai, suasana menjadi sangat riuh. Apalagi acara mencari lokasi lomba (kelas-kelas) sangat melelahkan. Setelah mengantar para santri ke lokasi lomba mereka masing-masing, saya dan teman saya kembali ke areal panggung. Terlihatlah wajah para santri yang tergabung dalam grup nasyid ‘dadakan’ itu sedikit panik dan gugup. Kenapa, karena ternyata lokasi lomba nasyid berubah dari rencana semula yang katanya didalam ruangan. Tapi akhirnya dirubah menjadi di atas panggung dengan beratus-ratus pasang mata yang akan menyaksikan aksi mereka. Ya sudah, akhirnya berbekal kata-kata yang (sok) bijak dan menenangkan, akhirnya mereka menjadi semangat lagi. Namun, saat melihat peserta lomba lain yang saat naik ke panggung dengan membawa alat lengkap dan anggota yang sudah layaknya pemain band dewasa (padahal umur peserta dibatasi) nyali para santri pun tak urung menciut lagi. Berbekal rebana seadanya, adek-adek santri masih tetap yakin ingin naik panggung ketika dipanggil, menyanyikan lagu wajib, lagu pilihan, dan segera turun. Itulah yang mereka inginkan saat itu…
Hhm…akhirnya saat para santri telah turun (loh, kapan naiknya…) kami sedikit lega. Harapan ingin membawa pulang tropi sudah melayang entah kemana. Kalau kata mereka sendiri sih “Rasah dipikir..” alias ngga usah difikirin
Itu tentang lomba nasyid. Tentang lomba yang lain? Tidak jauh beda, kami sepertinya masih harus belajar dan berlatih lebih giat lagi agar maksimal (maklum, semuanya serba dadakan). Yah, agar maksimal. Dengan akan diadakannya Festival Anak Sholeh XI ini, semoga dapat mengobarkan semangat santriwan santriwati untuk pergi ke masjid, lebih giat belajar dan berlatih memperdalam agama dan mengamalkannya.
"Meski tidak meraih juara, namun kami tidak pernah kecewa.
Mungkin kemarin adalah sarana untuk latihan, dan sekaranglah yang sesungguhnya.
Yang harus tetap dipegang…semangatlah yang utama…"
Mohon do’anya ya…
Ngomong-ngomong soal promosi, setelah membaca selebaran itu saya segera promosi dengan para santri dan teman-teman. Dan ternyata antusiasme merekapun patut diacungi jempol. Saya ingat ada seorang santri putra yang tanya gini, “Mbak, ada lomba nasyid juga to?”
Saya jawab, “Iya, kenapa? Mau ikut lagi…?” mendengar pertanyaan saya itu mereka yang dulu sempat tergabung dalam grup nasyid ‘dadakan’ jadi heboh sendiri.
“Walah Mbak, emoh ah. Isin aku…” ha..ha..ha…
Mereka udah malu abiss ternyata. Kenapa, karena tadinya kita yakin tidak mengikuti lomba nasyid. Alasannya tidak ada alat dan tidak tahu lagu wajibnya. Nah, pas saya technical meeting ke pondok ternyata disana disediakan kaset cd yang berisi lagu wajib untuk nasyid (lagu Tadarus dari Ikhsan Idol). Spontan saya dan teman saya pandang-pandangan. Batin kami berdialog,
“Eh, ada kasetnya tuh. Mau ikut nasyid ngga?”
“Iya nih, tapi kalau ikut apa ngga mepet?”
Masih dalam pandangan, kami berfikir sejenak hingga akhirnya positif membeli kaset dan positif pula mau ikut lomba. Pokoknya modal nekat deh…(padahal tinggal beberapa hari)
Setiba di masjid, kami benar-benar mengkoordinasi para santri yang minat untuk ikut lomba nasyid. Meski sebenarnya ngga ada, tapi ada juga tuh sekitar tujuh orang yang terjaring. Alatnya? Jangan khawatir, kami pun berinisiatif meminjam rebana kepada ibu-ibu PKK. Ehm, ternyata boleh. Mulailah kita latihan ala kadarnya.
Singkat cerita, hari H pun tiba. Kami rombongan TPA At-Taqwa pun menuju lokasi perhelatan akbar Festival Anak Sholeh. Karena jaraknya tidak jauh, kami hanya berjalan saja. Tidak peduli waktu di jalan kita melihat mereka-mereka yang naik mobil, truk atau sepeda. Pokoknya, langkah kami mantab!
Sebelum acara lomba di mulai, kami semua mengikuti pembukaan di kompleks pondok pesantren yang di set sedemikian rupa sehingga. Sehingga apa…sehingga baguslah. Rapi, indah, menarik dan yang pasti sangat ramai.
Setelah pembukaan selesai, suasana menjadi sangat riuh. Apalagi acara mencari lokasi lomba (kelas-kelas) sangat melelahkan. Setelah mengantar para santri ke lokasi lomba mereka masing-masing, saya dan teman saya kembali ke areal panggung. Terlihatlah wajah para santri yang tergabung dalam grup nasyid ‘dadakan’ itu sedikit panik dan gugup. Kenapa, karena ternyata lokasi lomba nasyid berubah dari rencana semula yang katanya didalam ruangan. Tapi akhirnya dirubah menjadi di atas panggung dengan beratus-ratus pasang mata yang akan menyaksikan aksi mereka. Ya sudah, akhirnya berbekal kata-kata yang (sok) bijak dan menenangkan, akhirnya mereka menjadi semangat lagi. Namun, saat melihat peserta lomba lain yang saat naik ke panggung dengan membawa alat lengkap dan anggota yang sudah layaknya pemain band dewasa (padahal umur peserta dibatasi) nyali para santri pun tak urung menciut lagi. Berbekal rebana seadanya, adek-adek santri masih tetap yakin ingin naik panggung ketika dipanggil, menyanyikan lagu wajib, lagu pilihan, dan segera turun. Itulah yang mereka inginkan saat itu…
Hhm…akhirnya saat para santri telah turun (loh, kapan naiknya…) kami sedikit lega. Harapan ingin membawa pulang tropi sudah melayang entah kemana. Kalau kata mereka sendiri sih “Rasah dipikir..” alias ngga usah difikirin
Itu tentang lomba nasyid. Tentang lomba yang lain? Tidak jauh beda, kami sepertinya masih harus belajar dan berlatih lebih giat lagi agar maksimal (maklum, semuanya serba dadakan). Yah, agar maksimal. Dengan akan diadakannya Festival Anak Sholeh XI ini, semoga dapat mengobarkan semangat santriwan santriwati untuk pergi ke masjid, lebih giat belajar dan berlatih memperdalam agama dan mengamalkannya.
"Meski tidak meraih juara, namun kami tidak pernah kecewa.
Mungkin kemarin adalah sarana untuk latihan, dan sekaranglah yang sesungguhnya.
Yang harus tetap dipegang…semangatlah yang utama…"
Mohon do’anya ya…